MATERI
2 : ASAL KATA KUTAI SERTA KERAJAANNYA
Mahakam adalah saksi sejarah yang
tertua, Airnya yang mengalir dari hulu ke hilir, berputar-putar di setiap
lekukan teluk, berdesir melewati celah-celah tebing, seakan nyanyian alam yang
tak pernah berhenti menyanyikan lagu-lagu zaman.
Kerajaan Kutai yang berdiri tahun 1320 tidak akan pernah tertulis dalam catatan sejarah, seandainya dahulu tidak ada seorang Raja Kutai Lama "Aji Pangeran Dipati Anom Panji Mendapa ing Martapura" (1730-1732) dan mungkin pula kata "Kutai" tidak pernah ada, andaikan jauh sebelum itu tidak ada sebuah kapal Cina yang terdampar ke sana. Mereka singgah untuk menjahit layar yang dirobek-robek badai. Sampai-sampai gunung disitu dinamakan Gunung Jahitan Layar.
Laksamana Chen Pie yang memimpin ekspedisi pelayaran, merasa kapalnya telah berada jauh dari muara, lalu menyebut tempat yang disinggahinya dengan nama "Kho Thei" atau tempat yang jauh di pedalaman. Kata ini berproses dari mulut ke mulut, untuk kemudian lidah rakyat setempat lebih pas mengucapkannya dengan kata Kutai. Dari sinilah cikal bakal Kutai yang kita kenal.
Kerajaan Kutai yang berdiri tahun 1320 tidak akan pernah tertulis dalam catatan sejarah, seandainya dahulu tidak ada seorang Raja Kutai Lama "Aji Pangeran Dipati Anom Panji Mendapa ing Martapura" (1730-1732) dan mungkin pula kata "Kutai" tidak pernah ada, andaikan jauh sebelum itu tidak ada sebuah kapal Cina yang terdampar ke sana. Mereka singgah untuk menjahit layar yang dirobek-robek badai. Sampai-sampai gunung disitu dinamakan Gunung Jahitan Layar.
Laksamana Chen Pie yang memimpin ekspedisi pelayaran, merasa kapalnya telah berada jauh dari muara, lalu menyebut tempat yang disinggahinya dengan nama "Kho Thei" atau tempat yang jauh di pedalaman. Kata ini berproses dari mulut ke mulut, untuk kemudian lidah rakyat setempat lebih pas mengucapkannya dengan kata Kutai. Dari sinilah cikal bakal Kutai yang kita kenal.
Pada
awalnya kutai bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan
nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda. Seluruh
masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju,
Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar (
Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya. Hanya saja
Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga
besar ini. Mereka yang meninggalkan kepercayaan lama akhirnya meninggalkan
adatnya karena lebih menerima kepercayaan baru dan berevolusi menjadi
Masyarakat Melayu Muda. Khususnya dalam Islam maupun Nasrani, hal - hal adat yang
bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan. Sedangkan yang tetap teguh
dengan kepercayaan lama disebut dengan Dayak
.kutai
menjadi nama suku akibat dari politik kepentingan penguasa saat itu yang
berambisi menyatukan Nusantara yaitu Maharaja Kertanegara penerus Singasari
yang berasal dari Jawa dengan tujuan untuk menahan perluasan kekuasaan Kubilai
Khan dari Dinasti Mongol. Disaat itu selama kekuasaan Kertanegara sebagian
masyarakat asli Borneo yang biasa disebut dengan Masyarakat Dayak akhirnya
bertransformasi menjadi Masyarakat Kutai saat berdiam di wilayah Kekuasaan
Kerajaan Kertanegara dan diharuskan mematuhi peraturan Penguasa. Yang menolak
dan memiliki kesempatan melarikan diri akhirnya masuk ke pedalaman dan tetap
menjadi Masyarakat Dayak. Versi lain menyebutkan bahwa istilah dayak juga bukan
merupakan nama suku dulunya karena istilah dayak merupakan nama pemberian
Belanda yang digunakan oleh para kolonial Belanda untuk menghina masyarakat.
Menurut
informasi lain, Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di
Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai)
oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan
yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura)
berada di Pulau Naladwipa ( istilah Kalimantan di kitab Jawa )dan letaknya di
tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni
Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang. Dalam berita Champa
atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada
pendapat lain, dari sudut pandang masyarakat Jawa, bahwa Sumpah Palapa Patih
Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang
mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa
kerajaan kartanegara
Menurut Legenda Kerajaan Sendawar dengan Raja Tulur Aji
Jangkat bersama permaisuri Mok Manor Bulatn dan mereka memupnyai 5 orang
anak : Sualas Gunaaqn (Menjadi Keturunan Dayak Tunjung), Jelivan Benaaq
(Menjadi Keturunan Dayak Bahau), Nara Gunaa (Menjadi Keturunan Dayak Benuaq),
Tantan Cunaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kenyah) dan Puncan Karnaaq (Menjadi
Keturunan Dayak Kutai ).
Adapaun tradisi lisan di tiap keluarga masyarakat kutai yang
mengatakan bahwa leluhur mereka berasal dari negeri cina, mirip dengan tradisi
lisan masyarakat Dayak Kenyah. Sehingga ada anggapan bahwa Kutai ini adalah
persatuan dari banyak subsuku masyarakat Dayak dalam rangka mencari identitas
baru.
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa kutai pada masa itu
adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama suku
(etnis) dan hubungan kekerabatan Suku Kutai dan suku dayak sangat kuat.
Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama
Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti
Kartanegara dari Majapahit yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai
Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya Suku Kutai menjadi agak
berbeda dengan suku dayak saat ini. Oleh karena itulah Suku Kutai asli
akan menyebut suku dayak dengan istilah Densanak Tuha yang artinya
Saudara Tua karena masih satu leluhur.
MATERI 3 : penjelasan
tentang sukunya
Menurut
tradisi lisan dari Suku Kutai, Proses perpindahan penduduk dari daratan
asia yang kini disebut provinsi Yunan - Cina selatan berlangsung antara tahun
3000-1500 Sebelum Masehi. Mereka terdiri dari kelompok yang mengembara hingga
sampai di pulau Kalimantan dengan rute perjalanan melewati Hainan, Taiwan,
Filipina kemudian menyeberangi Laut Cina Selatan menuju Kalimantan Timur. Pada
saat itu perpindahan penduduk dari pulau satu ke pulau lain tidaklah begitu
sulit kerena pada zaman es permukaan laut sangat turun akibat pembekuan es di
kutub Utara dan Selatan sehingga dengan hanya menggunakan perahu kecil bercadik
yang diberi sayap dari batang bambu mereka dengan mudah menyeberangi selat
karimata dan laut cina selatan menuju Kalimantan Timur. Para imigran dari
daratan Cina ini masuk ke Kalimantan Timur dalam waktu yang berbeda, kelompok pertama
datang sekitar tahun 3000-1500 Sebelum Masehi termasuk dalam kelompok ras
Negrid dan weddid kelompok ini diperkirakan meninggalkan Kalimantan dan
sebagiannya punah. Kemudian sekitar tahun 500 sebelum masehi berlangsung lagi
arus perpindahan penduduk yang lebih besar dan kelompok inilah yang
diperkirakan menjadi cikal bakal penduduk kutai, Setelah adanya arus
perpindahan penduduk dari Yunan terjadilah percampuran penduduk kerena
perkawinan.
Penduduk
kutai pada masa itu terbagi menjadi lima puak (lima suku):
1.
Puak Pantun
2.
Puak Punang
3.
Puak Pahu
4.
Puak Sendawar
5.
Puak Melani
Puak Pantun
Puak Pantun adalah suku tertua di kalimantan timur, dan
merupakan suku atau Puak yang paling Tua di antara 5 Suku atau Puak Kutai
lainya, mereka adalah suku yang mendirikan kerajaan tertua di Nusantara yaitu
kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman pada abad 4 Masehi. Suku ini mendiami
daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara dan sampai Daerah Wahau dan Daerah
Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal, Daerah Kombeng di dalam wilayah
Kab.Kutai Timur sekarang, suku Kutai pantun dapat dikatakan sebagai turunan
para bangsawan dan Pembesar di Kerajaan Kutai Martapura (Kutai Mulawarman).
Raja pertamanya dikenal dengan nama Kudungga, dan kerajaan ini jaya pada masa
dinasti ketiganya yaitu pada masa Raja Mulawarwan. Dibawah pimpinan Maharaja
Mulawarman, kehidupan sosial dan kemasyarakatan diyakini berkembang dengan
baik. Pemerintahan berpusat di Keraton yang berada di Martapura wilayah
kekuasaannya terbentang dari Dataran Tinggi Tunjung (Kerajaan Pinang Sendawar),
Kerajaan Sri Bangun di Kota Bangun, Kerajaan Pantun di Wahau, Kerajaan Tebalai,
hingga ke pesisir Kalimantan Timur, seperti Sungai China, Hulu Dusun dan
wilayah lainnya. Dengan penaklukan terhadap kerajaan-kerajan kecil tersebut,
kondisi negara dapat stabil sehingga suasana tentram dapat berjalan selama masa
pemerintahannya. Suku ini mendiami daerah Muara Kaman Kab. Kutai Kartanegara
dan sampai Daerah Wahau dan Daerah Muara Ancalong, serta Daerah Muara Bengkal,
Daerah Kombeng di dalam wilayah Kab.Kutai Timur sekarang.
Puak Punang
Puak
Punang (Puak Kedang) adalah suku yang mendiami wilayah pedalaman. Diperkirakan
suku ini adalah hasil percampuran antara puak pantun dan puak sendawar
(tunjung-benuaq). Oleh karena itu, logat bahasa Suku Kutai Kedang mengalunkan
Nada yang bergelombang. Misalya bahasa Indonesia “Tidak”, Bahasa Kutai “Endik”,
Bahasa Kutai Kedang “Inde”…. tegas alas gelombang. Suku ini mendirikan kerajaan
Sri Bangun di Kota Bangun (atau dikenal dengan nama Negeri Paha pada masa
pemerintahan Kutai Matadipura). Puak punang ini tersebar diwilayah Kota Bangun,
Muara Muntai, danau semayang, Sungai Belayan dan sekitarnya.
Dalam
pemerintahan Kerajaan Kutai Martapura dari tahun, 350-1605, yang beribukota di
Muara Kaman, kawasan Kota Bangun diketahui bahwa wilayahnya bernama NEGERI PAHA
meliputi daerah : KEHAM, KEDANG DALAM, KEDANG IPIL, LEBAK MANTAN, LEBAK
CILONG.
Negeri ini
setingkat Propinsi dipimpin seorang Mangkubumi (Adipati Wilayah), suku ini
disebut Suku Kutai Kedang (Orang Adat Lawas) adapun pimpinannya berigelar Sri
Raja (Raja Kecil) dan Sri Raja terakhir bernama Sri Raja TALIKAT merupakan
kerabat Raja di Muara Kaman, dan memerintah di ibukota Keham sampai sekarang
masyarakat Adat Lawas masih mendiami daerah tersebut diatas.
Puak Pahu
Puak
Pahu adalah suku yang mendiami wilayah kedang pahu. Suku ini tersebar di muara
pahu dan sekitarnya.
Puak Sendawar
Puak
Sendawar adalah suku yang mendiami wilayah sendawar (Kutai Barat), suku ini
mendirikan Kerajaan Sendawar di Kutai Barat dengan Rajanya yang terkenal dengan
nama Aji Tulut Jejangkat. Suku ini mendiami daerah pedalaman. Mereka berpencar
meninggalkan tanah aslinya dan membentuk kelompok suku masing-masing yang
sekarang dikenal sebagai suku Dayak Tunjung, Bahau, Benuaq, Modang, Penihing,
Busang, Bukat, Ohong dan Bentian.
- Suku Tunjung mendiami daerah kecamatan Melak, Barong Tongkok dan Muara Pahu
- Suku Bahau mendiami daerah kecamatan Long Iram dan Long Bagun
- Suku Benuaq mendiami daerah kecamatan Jempang, Muara Lawa, Damai dan Muara Pahu
- Suku Modang mendiami daerah kecamatan Muara Ancalong dan Muara Wahau
- Suku Penihing, suku Bukat dan suku Ohong mendiami daerah kecamatan Long Apari
- Suku Busang mendiami daerah kecamatan Long Pahangai
- Suku Bentian mendiami daerah kecamatan Bentian Besar dan Muara Lawa
SOAL
EVALUASI PERTANYAAN:
1.sebutan
apa yang disebut suku kutai asli kepada suku dayak ?
2.siapa
kah AJI PANGERAN DIPATI ANOM PANJI
MENDAPA ING MARTADIPURA?
3.siapakah
nama anak-anak kerajaan sendawar? ,SEBUTKAN minimal 3 !
4.sebutkan
dan jelaskan 5 suku kutai?
5.siapa
LAKSANAMANA CHEN PIE ?